Kamis, 31 Maret 2011

Kisah di malam pertama seorang ulama salaf

Syuraih Al Qadhi pernah menceritakan kehidupan rumah tangganya kepada seorang sahabat, Asy Sya'bi. "Sejak dua puluh tahun yang lalu aku tidak pernah melihat istriku berbuat sesuatu yang membuatku marah," kata Syuraih.
"Mengapa demikian?" tanya As Sya'bi.
"Mulai malam pertama yang pertama aku lihat padanya adalah keindahan dan kecantikan belaka. Pada malam pertama, aku berniat dalam hati unutk menjalankan shalat dua rakaat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Ketika aku menoleh untuk melakukan salam, aku melihat istriku pun mengulurkan tangannya seraya berkata, 'Selamat datang wahai Abu Umayah. Alhamdulillah aku memuji dan memohon pertolongan-Nya. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Sungguh, aku adalah perempuan asing bagimu. Aku sama sekali tidak tahu akhlakmu. Terangkanlah kepadaku apa-apa yang engkau senangi dan yang tidak engkau senangi. Apa-apa yang engkau senangi akan aku penuhi, sedangkan yang tidak engkau sukai aku akan berusaha menjauhinya.'
'Aku yakin,' lanjut istriku, 'diantara kaummu pasti ada orang yang ingin mengawinkan wanitanya denganmu. Begitu pula kaumku, ada laki-laki yang sekufu denganku. Akan tetapi, apa yang telah ditetapkan Allah harus dilaksanakan. Nah sekarang aku telah menjadi milikmu. Lakukanlah sesuai dengan yang telah diperintahkan Allah. Aku mengucapkan ini dengan memohon ampun kepada Allah untukku dan untukmu.'
Demi Allah, Sya'bi, dalam keadaan seperti itu akan amat membutuhkan khutbah seperti yang diucapkan istriku," papar Syuraih kepada sahabatnya.
Aku pun menyambut ungkapan istriku, "Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Engkau telah mengatakan sesuatu yang jika engkau teguh memegangnya maka itulah bagianmu. Jika engkau hanya berpura-pura maka menjadi hujjah atasmu. Apa yang kamu lihat baik maka sebarkanlah, apa yang engkau lihat jelek maka buanglah jauh-jauh."
"Apakah engkau senang mengunjungi keluargaku?" tanya istriku.
"Aku ingin suami anak perempuanku tidak membosankanku," jawabku.
"Siapa saja tetangga yang kamu senangi yang dapat aku izinkan masuk rumah? Siapa pula yang kau benci agar aku tidak membiarkannya masuk ke rumahmu?" tanya istriku.
"Maka, aku pun menghabiskan malam pertama tersebut dengan perbincangan penuh dengan kelembutan dan kebahagiaan. Aku hidup bersamanya. Selama satu tahun pertama, aku tidak pernah melihat darinya, kecuali yang menyenangkan," ungkap Syuraih.
Demikianlah Syuraih menceritakan kebahagiaan keluarganya kepada As Sya'bi. Dari ceritanya, tampak suasana malam pertama Syuraih dengan istrinya yang sedemikian indah. Mereka bercengkerama, saling membuka diri, saling mengenali. Itulah awal kehidupan baru yang indah.

By : http://www.jafarsoddik.com

Rabu, 30 Maret 2011

Perjalanan Da'wah Saikh Rabi di Sudan

Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali
(Sekarang) akan saya ceritakan perjalanan dakwah saya ke Sudan. Saat itu saya singgah di Port (bandara) Sudan. Saya disambut para pemuda Jama’ah Ansharus Sunnah.
Mereka memberi masukan: “Ya Syaikh, bolehkah kami menyampaikan beberapa saran kepada anda?”
“Silahkan!” kataku.
Mereka berkata: “Wahai Syaikh, silakan anda berceramah sesuai kehendak anda dengan (mengutip) firman Allah dan sabda Nabi-Nya, tidak mengapa engkau sebutkan berbagai jenis bid’ah dan kesesatan, baik kaitannya dengan doa kepada selain Allah, menyembelih, nadzar, istighatsah (minta tolong) kepada selain-Nya. Tapi sebaiknya engkau tidak menyinggung thariqah tertentu atau syaikh fulan! Jangan sampai engkau mengatakan bahwa Tijaniyyah atau Bathiniyyah adalah kelompok sempalan yang sesat. Jangan pula engkau mencaci tokoh-tokohnya, (kami rasa) cukup engkau sebutkan perkara-perkara aqidah (secara umum), niscaya akan engkau dapati mereka menerima al haq dari apa yang engkau sampaikan.”
Saya katakan kepadanya: “Baiklah.”

Akhirnya saya ikuti anjuran mereka. Ternyata saya menyaksikan sambutan yang cukup besar dari kaum muslimin terhadap dakwah ini. Wahai para penuntut ilmu, kalian jangan menyangka bahwa termasuk dari kesempurnaan manhaj yang benar ini adalah keharusan mencaci maki (tokoh penyesat). Tidak! Bahkan Allah berfirman:
وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (Al An’am: 108)

Kalau kalian mencerca syaikh fulan atau kau katakan: “Fulan sesat!” Atau julukan-julukan lainnya atau kalian katakan: “Thariqah fulan sesat!” justru yang demikian ini hanya akan membuat umat lari menjauh darimu. Akhirnya kalian berdosa lantaran kalian telah menjauhkan manusia dari dakwah yang benar, kalian munaffirun (membuat orang lari).
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala mengutus Mu’adz dan Abu Musa radhiyallahu ‘anhuma ke Yaman beliau berpesan kepada keduanya:
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Hendaklah kalian permudah dan jangan mempersulit, gembirakan mereka jangan kalian membuat mereka lari!”
Inilah metode dakwah, di dalamnya ada kemudahan, kabar gembira dan tidak ada hal yang membuat orang lari darinya. Demi Allah, tidaklah aku masuk suatu masjid kecuali aku melihat wajah mereka berseri-seri sehingga aku tidak bisa keluar dari kerumunan massa yang berebut berjabat tangan serta mendoakan kebaikan untukku.
Ternyata para syaithan dari pentolan-pentolan thariqah shufiyyah melihat cara dakwah yang saya tempuh ini sebagai ancaman yang berbahaya. Akhirnya tokoh-tokoh tersebut berkumpul dan berunding untuk merumuskan bantahan-bantahan terhadap ceramah saya.
Mereka memintaku untuk memberi ceramah di sebuah tanah lapang. Saya penuhi permintaanya. Akupun berceramah hingga selesai.
Giliran pembesar mereka bangkit (setelahku) dan mengomentari ucapanku yang tadi. Mulailah orang ini mengutarakan pendapatnya tentang bolehnya beristighatsah kepada selain Allah, bertawassul (membuat perantara) dengan mayit, men-tha’thil (mengingkari) sifat-sifat Allah dan ucapan bathil lainnya … Mereka kemas semua ucapan bathil dengan takwil-takwil yang menyimpang dan keji.
Usai dia berbicara -namun tidak menyertakan dasar dalilnya, yang ada hanyalah hadits-hadits dhaif dan palsu atau nukilan dari ucapan Socrattes– maka aku katakan kepada hadirin: “Apakah hadirin mendengar ucapanku? Bukankah yang aku katakan adalah semata-mata firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta para imam kenamaan? Tapi lihatlah orang ini! Yang ia sebutkan adalah hadits-hadits palsu belaka. Al Qur’an lebih berhak untuk disebutkan. Apakah kalian mendengar firman Allah yang membolehkan istighatsah kepada selain-Nya?! Bolehkah bertawassul (dengan mayit)?! Atau kalian pernah mendengar ucapan para imam terkemuka dalam hal ini semua?! Tidak sama sekali tidak! Kalian hanya mendengar hadits-hadits palsu dan dhaif atau tak lebih dari sekedar omongan segelintir manusia yang sangat masyhur di kalangan kalian sebagai ahli khurafat?!”
Tidak lama kemudian orang tersebut bangkit sambil mencaci maki! Namun aku hanya tersenyum dan sama sekali tidak menanggapi caciannya. Aku hanya mengucapkan: Jazakallahu khairan, barakallahu fiik, barakallahu fiik, jazakallahu khairan! Tidak lebih dari itu.
Bubarlah acara tersebut. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang haq kecuali Dia. Ternyata keesokan harinya banyak orang memperbincangkan kejadian ini, baik di masjid-masjid maupun di pasar-pasar. Mereka katakan bahwa orang-orang Sufi sudah kalah.
Karenanya belajarlah wahai saudaraku, metode dakwah yang benar sesuai dengan syariat, (tanamkan pada diri kita) tujuan kita berdakwah tidak lain agar umat manusia mendapatkan hidayah. Dan berupaya agar al haq sampai kepada hati manusia.
Wahai saudaraku, wajib bagi kalian menggunakan suatu sarana di dalam berdakwah illallah dengan cara syar’i yang tidak menyimpang dari ajaran Islam, bukan berarti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jelasnya, ini adalah ciri-ciri ahlul bid’ah, sehingga mereka gampang melakukan kedustaan, bersilat lidah dan saling mencaci. Demikian yang dikatakan oleh Imam Ali bin Harb Al Mushili tentang ciri-ciri ahlul bid’ah.
Semua pengekor hawa nafsu selalu berdusta dan mereka tidak peduli dengan kedustaan tadi. Dan metode semacam ini (kedustaan) tidak ada pada kita Ahlus Sunnah. Kita adalah orang-orang yang jujur, berpegang dengan kebenaran disamping itu kita senantiasa mencari metode dakwah yang mudah diterima manusia dan menarik simpati mereka.
Kemudian kita melanjutkan perjalanan ke Kasala, masih wilayah Sudan. Masya Allah, dakwah Ahlus Sunnah mendapatkan kemudahan dan mendapat tanggapan bagus. Kita diberi kesempatan untuk berkhutbah dan kita bersyukur dengan keadaan ini.
Kemudian kita pergi ke kota Ghatharif, sebuah kota kecil di sana. Kami menyempatkan diri untuk mengelilingi masjid-masjid di kota ini.
Ada sebagian dari Jama’ah Ansharus Sunnah mengatakan: “Ya Syaikh, hanya tinggal satu masjid di kota ini yang belum terjamah dakwah ini, sebab masjid ini adalah basis Thariqah Tijaniyyah lantaran itu kita belum bisa masuk kesana.”
“Lho kenapa?”
“Sebab mereka sangat fanatik.”
“Baiklah, kalau demikian kita pergi ke sana. Kita minta izin. Kalau diizinkan untuk bicara, maka kita bicara. Tapi kalau mereka melarang, maka udzur kita di sisi Allah. Dan ingat! Jangan kita memaksakan diri untuk bicara.”

Sampailah kami di masjid mereka. Kita shalat bersama mereka sebagai makmum. Usai shalat, kami ucapkan salam kepada sang imam. Aku berkata, “Bolehkah aku berbicara di hadapan saudara-saudara kami disini?”
“Silahkan!” jawab sang imam.

Mulailah aku berceramah, aku ajak mereka untuk mentauhidkan Allah dan melaksanakan Sunnah dan perkara-perkara lain dari agama. Sesekali aku menyinggung beberapa kesalahan serta berbagai kesesatan yang ada. Di sela-sela itu aku mengutip hadits Aisyah -Muttafaq alaihi- yang berbunyi:
“Ada tiga hal, barangsiapa yang mengatakan tiga perkara ini maka ia telah melakukan kedustaan yang besar di sisi Allah. Barangsiapa yang meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihat Rabb-nya (di dunia) maka ia telah melakukan kedustaan yang besar di sisi Allah. Kedua: Barang siapa meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui perkara-perkara yang akan datang maka ia telah melakukan kedustaan yang besar di sisi Allah… -dan saya sebutkan pula berbagai dalil yang mendukung hadits ini- Ketiga: Barangsiapa meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyampaikan risalah dari Allah secara sempurna maka ia telah melakukan kedustaan yang besar di sisi Allah.”
Lalu sang imam berkomentar (ia terlihat gusar dan gelisah): “Demi Allah, sesungguhnya Nabi Muhammad telah melihat Allah dengan kedua matanya di dunia.”
Lalu aku hanya bisa menyambut komentar sang imam dengan ucapan: Jazakallahu khairan. (Tentunya kita tahu) Aisyah sebagai istri Rasul lebih tahu keadaan beliau. Kalaulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam benar melihat Rabb-nya di dunia tentu Aisyah akan mengabarkannya, tapi kenapa ia tidak mengabarkannya?
Lalu ia mendesakku dengan pertanyaan bertubi-tubi. Aku katakan: “Ya akhi, tunggu sebentar, beri kesempatan kepadaku agar aku selesaikan jawabanku satu persatu. Setelah itu silakan engkau lanjutkan dengan pertanyaan lain sekehendakmu. Apa yang aku ketahui akan aku jawab dan apa yang tidak aku ketahui aku katakan kepadamu: Wallahu a’lam.”

Lalu aku abaikan orang itu dan aku teruskan pembicaraanku. Aku tidak tahu apakah ia tetap bersamaku atau pergi dari majelis, karena akupun sengaja tidak menoleh kepadanya. Terdengar olehku bisikan orang: “Benar juga ucapan orang ini.” Terdengar juga dari selain dia kalimat dengan imbuhan, “Demi Allah, lelaki ini hanya mengucapkan firman Allah dan Rasul-Nya.” Barakallahu fiikum -adzan Isya telah dikumandangkan. Maka berakhirlah acara tersebut lantas hadirin melaksanakan sholat Isya’.
Tiba-tiba mereka mendorongku untuk menjadi imam. Aku katakan: “Sama sekali aku tidak mau menjadi imam.”
Malah mereka mengatakan: “Wallahi, shalatlah mengimami kami, wallahi, shalatlah menjadi imam kami.” Aku katakan: “Baiklah kalau begitu.”

Akhirnya aku pun shalat mengimami mereka. Usai shalat aku menunggu sejenak. Kemudian aku pulang bersama para pemuda Ansharus Sunnah.
Aku katakan kepada mereka: “Kemana sang imam pergi?”
Mereka menjawab: “Telah diusir!”
“Lho, siapa yang mengusirnya?” tanyaku lagi.
“Wallahi, jama’ahnya yang mengusir dia!” tandas mereka.

Itulah yang terjadi, wahai saudara-saudaraku! Singkatnya, jika ada yang datang berdakwah kepada mereka kemudian membodoh-bodohkan pengikut aliran Tijani, boleh jadi mereka akan menebas lehermu, tidak cukup hanya diusir! Tapi jika kalian datang berdakwah kepada mereka dengan hikmah dan lemah lembut -barakallahu fiikum- maka Allah akan memberi manfaat kepada mereka dengan sebab kedua perangai tersebut.
Hendaknya engkau berbekal dengan ilmu yang bermanfaat, hujjah yang kokoh, senantiasa memprioritaskan hikmah di dalam dakwah kalian. Wajib atas kalian untuk berhias diri dengan akhlak mulia yang telah dianjurkan oleh Allah dalam Kitab-Nya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sesungguhnya itu merupakan wasilah untuk mendapatkan pertolongan dan kesuksesan.
Yakinilah bahwa shahabat tidak menyebarkan Islam ini dengan mudah merasuk ke dalam hati umat manusia kecuali karena peranan hikmah dan keilmuan mereka yang lebih mendominasi ketimbang dengan pedang. Di sisi lain, orang yang mendapat hidayah Islam di bawah naungan pedang, seringnya kurang kokoh. Sementara orang yang mendapat hidayah Islam melalui penyampaian ilmu, hujjah, dan dalil, justru lebih kokoh keislamannya -dengan izin dan taufik Allah.
Maka seyogyanya kalian menempuh jalan ini, sekaligus berupaya dengan sungguh-sungguh mencari ilmu dan berdakwah ke jalan Allah.
[Dinukil dari buku Edisi Indonesia Dakwah Salafiyah Dakwah Penuh Hikmah, Penulis Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al Madkhali, Penerjemah Al Ustadz Abu Affan Asasuddin, Penerbit Qaulan Karima, hal. 36-45]

By :  http://sunniy.wordpress.com

Sabtu, 26 Maret 2011

Profil Ibnu Katsir

Profil Ringkas Ibnu Katsir
Ibnu Katsir(Imam Hafidz Ibnu Katsir) adalah salah satu ulama tafsir serta guru besar dari kalangan mufassirin, kegigihannya, keuletannya dan kesungguhannya dalam menginterpretasi al-quran baik secara bilma,tsur ataupun secara birro,yi tetapi beliau mendahulukan menukil dari ulama sebelumnya (Salafussholeh) dari pada menggunakan akalnya kecuali pendapat salafussholeh disangsikan( misalnya mengambil dari ahli kitab) maka beliau mengutamakan pendapatnya. Ibnu katsir adalah salah satu ulama tafsir yang intelek, cerdik dan pintar dimasa klasik(qodim) sehingga buah karayanya menuju masa modern(mu’ashir) dan menempatkan karya-karyanya sebagai sebuah karya yang fenomenal dari zaman onta sampai zaman Toyota ini dan selalu menjadi rujukan para ahli tafsir. Beliau juga adalah salah satu mufassir yang pintar, rajin dan teliti dalam menafsiri ayat al-quran sehingga tidak salah jikalau para ulama banyak mengutamakan pendapat beliau serta menjadikannya rujukan. Kritik dan komentar terhadap beberapa tafsir ayat yang tertulis dalam beberapa kitab tafsir, yang mengambil tafsirnya ahli kitab (yang sudah masuk islam), dimana oleh sebagian ulama tafsir tidak diteliti terlebih dahulu atau memang tidak di komentari didalam kitabnya,(misalnya di tafsir thobary dll) beliau memberikan komentar dan kritik yang cukup dengan berbagai dalil dan hadist yang beliau kemukakan, yang akhirnya menjadikan karya beliau menjadi maha karya tanpa habis ditelan zaman( La yantahi wala yanfa bimururizzaman)dan tidak terbenam oleh gelapnya waktu. Siapkah dia?
1. Tempat, tanggal lahir dan Nasab Ibnu katsir
Ulama Tarihk( ahli sejarah) telah sepakat, bahwa Ibnu katsir di beri nama oleh orang tuanya Ismail, kemudian dijuluki dengan Abul fada, dan bergelar Imaduddin. Adapun nasab Beliau sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya “Inba,ul ghamer” Ibnu katsir adalah Ismail Bin Umar Bin Katsir Bin Dhou, Bin Zar’I al-damasqusy al-faqih Assyafi’I, Imaduddin Bin Khotib Syihahabuddin
Ibnu Katsir, Sebagaimana pendapat para ulama, Beliau dilahirkan pada tahun 701 Hijriyah, Di kota Bashrah, Iraq. Ibnu Katsir tumbuh besar dikalangan keluarga yang berpendidikan sehingga Beliau dari kecil sudah mengenal dan mengenyam pentingnya menuntut ilmu . Bapaknya beliau, Syihabuddin Abu hafsh Bin umar adalah khatib di Kota bashrah. Dengan didikan orang tuanya serta didukung oleh lingkungan yang cukup memadai maka ia tumbuh menjadi anak yang pintar tentang agama islam serta menjadi kesempata yang sangat baik untuk menghapal al-quran pada orang tuanya, sehingga wajarlah jikalau diumur yang sengat belia beliau sudah menghapal al-quran. Sedangkan dalam Imu fiqih beliau juga bermadzhab Sayfi’I mengikuti jejak ayahnya. Imam Ibnu Katsir yang tunbuh dikeluarga yang berpendidikan sejak muda sudah mulai gemar dan suka untuk belajar berbagai ilmu misalnya, beliau dimasa muda sudah hafal ar-quran serta faham ilmun dan tafsirnya, sudah menekuni pelajaran hadist, usul fiqih, sejarah islam lengkap dengan riwayatnya, fiqih dan hukumnya, sirah, nahwu dan shorrof dll.Orang tuanya meninggal dunia ketika beliau masih berumur 3 tahun, masa itu beliau berumur 3 , ketika beliau sudah menginjak umur 6 tahun, beliau mulai meninggalkan kota bashrah menuju Damaskus dan menetap disana selama beberapa tahun. Di Damaskus Beliau bertemu dengan ulama terkemuka, yaitu Kamaluddin Abdul Wahab mereka berdua menjadi sahabat yang sangat akrab sekali sehingga satu sama lainnya saling membutuhkan dan bertukar fikiran serta berbagi pengalaman untuk memperlaus pengetahuan mereka masing-masing, benarlah kata orang bijak” carilah teman yang bisa memberimu pengetahuan dan memamfaatkan pengetahuanmu”. Guru-guru Beliau tidak kalah mentereng di dunia islam, mereka kebanyakan adalah ulama besar dan terkemuka, kompeten di bidangnya masing-masing sehingga wajarlah Ibnu Katsir juga mengikuti jejak para gurunya, sebagian diantara guru beliau adalah:
A. Ishaq Bin Yahya Al-amady yang meninggal pada tahun 725 Hijriyah. Ibnu Katsir banyak belajar dari beliau ilmu hadist, beliau memuji akpitaran gurunya dalam kitab karangannya” Bidayah Wannihayah” seraya berkata” Dia adalah Guru dari ulama hadist at-dhohiriyah, guru yang lihai, pandai dan mengerti bagimana cara mengajar supaya ilmunya cepat tertransfer kesemua muridnya denagn mudah”. Walaupun mereka berbeda Madzhab dalam fiqih tapi tetap saling menghormati perbedaan itu tanpa ada rasa benci atau fanatic(ta’sshub) terhadap madzhabnya masing, inilah contoh yang telah di prektekkan oleh sang guru dan murid yang seharusnya menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua. Perbedaan adalah rahmat dan ni’amat tersendiri.
B. Abdul Wahab bin dzu,bil Al-asady atau yang lebih masyhur dikenal dengan dikalangan ulama salaf dan kholaf( klasik dan kontenporer) denagn sebutan kamaluddin bin Qodhi Sahbah, yang lahir pada tahun 726.H. Beliau ini adalah guru Ibnu katsir di bidang ilmu alat, nahwu dan shorrof serta ilmu fiqih dll, beliau juga dikenal dengan kehidupan yang zuhud dan perangainya cukup bagus.
C. Imam Ahmad Ibnu Taymiyah yang wafat pada tahun 728 H. juga termasuk guru Imam Ibnu Katsir, sebagaiman pendapat Ibnul ‘Imad” Ibnu Katsir walaupun berilmu tinggi tapi tetap menghormati dan mau mengikuti perintah gurunya”
D. Ibrahim Bin Abdurrahmanal-fazary yang lebih dekenal dengan sebutan Ibnu Farkah
E. Muhammad Bin Syarfuddin Bina Husain Bin Ghailan al-ba’labaqyWafat pada tahun 730 H. Pada beliau inilah Ibnu Katsir mengkhatamkan hafalan al-qurannya, Ketika itu Ibnu Katsir masih berumur sebelas tahun
Dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang telah ikut andil dalam membentuk kpribadian beliau menjadi salah satu mufassir yang disegani dan di hormati. Sedangkan murid-murid beliau yang terkenal adalah ‘ala uddin Yahya Bin Musa dan Syamsuddin Abul Muhasin dll. Madrasah Najibiyah adalah madrasah pertama yang beliau geluti sekaligus sebagai guru besar di madrasah ini, Mengajar di University Bany Umayyah, ini adalah perkuliahna terbesar di Damaskus.
Sebab-sebab beliau memulias kita diantaranya: Sebab utama beliau menulis kitab adalah krena beliau berpendapat bahwa wajib bagi setiap ulama (yang sudah mencukupi syarat-2nya) untuk menafsiri, memperjelas dan membuka jalan buntu karena Nabi Muhammad Saw tidak menafsiri ayat al-quran kesemuanya oleh sebab itu ayat al-quran yang belum di tafsiri oleh Nabi Muhammad Saw, seperti pendapat para ulama bahwa Nabi tidak menafsir semua ayat al-quran, oleh sebab itu Nabi mendoakan Ibnu Abbas” Ya Allah
2. Methodelogi Penafsirannya
Manhaj, methode dan gaya tafsir beliau dalam menafsiri ayat suci al-quran yang berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya, sehingga menempatkan tafsir beliau lebih banyak digunakan atau lebih sering jadi maroji’ para ulama, misalnya kitab beliau Tafsir Quran ‘Adim atau yang lebih dekenal dengan Ibnu Katsir. Beliau menafsiri ayat al-quran dengan mencari tafsir al-quran bil quran, menafsiri al-quran dengan hadist nabi, mengambil pendapat para sahabat dimana mereka lebih tahu tentang asbabun nuzul al-quran, diberi pengetahuan yang cukup, mampuni dalam al-quran serta keadilannya tidak diragukan lagi dengan berdasarkan pada dalil al-quran dan hadist, beliau juga mengambil tafsirnya dan pendapat para tabi’in. Dengan ketelitiannya dan kegigihannya beliau tidak langsung mengmbil dan menjadikan hadist atau kisah-kisah yang diriwayatkan oleh ahli kitab sebagai tafsir yang sudah paten bahkan beliau sering kali mengomentari bahkan mengkritik beberapa tafsir ayat yang oleh beliau dianggap bertentangan dengan dasar agama, misalnya Israîliyah dan hadist maudhu’ yang banyak di pakai untuk menafsiri suatu ayat tertentu, sehingga, israiîliyah dan hadist maudhu’ tadi, bisa menghilangkan sifat ‘ismatul anbiya. Jikalau ada hadist atau kisah yang di yang bersumber dari ahli kitab yang sudah masuk islam beliau tidak langsung mengambil dan menjadikan sebuah tafsir ayat, karena beliau berpegang pada hadist Nabi” janglah kau mendustai meraka dan mempercayai nya” seperti halnya banyak dilakukan oleh ulama tafsir lainnya dengan tanpa memberi komentar(ta’qib) atau kritik(naqod) terhadap hadist atau kisah tersebut dimana kisah-2 tersebut bisa membuat pembacanya jikalau tidak membaca pada kitab tafsir lainnya akan salah memahami tafsir ayat al-quran(mislanya: kisah Gharanik, Kisah Nabi Yusuf As, kisah Nabi Adam As, Ibrahim As dll). Banyak kisah yang terkadang bertentangan dengan dasar-2 agama dan menghilangkan sifat ‘ismah para Nabi dan Malaikat. Ta’qib dan Naqod inilah yang membedakan tafsir beliau serta banyak dijadikan rujukan dari yang lainnya, apalagi tafsir tersebut berkaitan dengan sebuah kisah-kisah zaman dahulu(asatirul awwalin/mitos), walaupun menurut sebagian ulama didalam tafsir beliaupun juga masih ada israi’iliyahnya tanpa di ta’qib dan naqod tentunya tanpa di sengaja oleh beliau (tapi sangat sedikit sekali). Terkadang beliau juga menafsiri al-quran dengan hasil buah pimikiran beliau sendiri dan sambil berusaha dengan ijtihajnya dalam menafsiri sebuah ayat al-quran al-karim, namun beliau tidak mendahulukan akal dan hawa nafsunya sehingga hasil buah pikirnya tidak bertentangan dengan dasar(usul) dan cabang(furu’) agama,(seperti tafsir fulasifah, tafsir bathhiniyah, qadiyaniyah dll, tafsir-2 ini mendahulukan akal dari pada naqal). Beliau juga menukil dari ulama pendahulunya, dimana tafsir mereka yang hanya menafsir ayat dengan hadist-hadist dengan tanpa di komentari dan di naqod hadist tersebut, beliau mengolah lagi didalam tafsirnya dan mengomentari atau menyanggahnya. Dengan ketelitiannya dalam meginterpretasi ayat-ayat al-quran dengan menukil dari ulama tafsir pendahulunya, beliau banyak mengomentari hadist-hadist yang menafsir ayat-ayat al-quran tersebut.
Refrensi dalam tafsir beliau mengambil dan berpegang pada tafsir quran dengan quran, hadist Nabi, tafsirnya para sahabat dan pendapat tabi’in akan tetapi belaiu juga mengambil dari kitab tafsir bilma,tsur mislanya dari Tafsir al-’aufi, tafsir as-suda, tafsir qurtubi dan tafsirnya Ibnu Abi hatim dll.
Hasil karangan Belaiu sebagai berikut: Tafsir al-quran al-adzim( TafsirIbnu Katsir), Al-takmil, kitabul huda wassunan yang lebih dekenal denagn jami’ul masanid, musnad syaikhoin Abi Bakar dan Umar, Bidayah Wannihayah kiatab ini berisi tentang cerita dan kisah-kisah lengkap denagn dalilnya,risalatun fi ljihad dan masih banyak lagi karangan beliau.
Ibnu kKatsir menikah dengan Zainab, dia adalah anak dari guru beliau yang bernama Al-muzanna, dia adalah istri yang shaleh hafidzah, dari pernikahan ini Imam Ibnu Katsir dikarunia anak laki-laki yang di beri nama Muhammad, dia juga memiliki kepintaran dan piawaian seperti ayahnya serta hafal al-quran juga.
Wafatnya
Para ahli sejarah tidak ada yang komplen semua ulam sepakat dalam menentukan wafatnya ulama terkemuka ini, beliau meninggal pada hari kamis, tanggal 26 bulan Sya’ban 774 H. bertepatan dengan tahun masehi 1373.
By : http://elpon.wordpress.com/2009/07/01/profil-ringkas-ibnu-katsir/

Profil Imam Muhammad Nashiruddin Al Bani

Imam Muhammad Nashiruddin al Bani

Kitab Asas Penuntut Ilmu

Imam al albani menasihati bagi sesiapa yang menuntut ilmu, haruslah menghadami kitab di bawah: Dalam ilmu syariat:
1. Fiqh Sunnah : Sayyid Sabiq
2. Subulus Salam
3. Tamaamul Minnah
4. Ar Raudhah an Nadiyyah
Ilmu Tafsir:
Tafsir al Quran al ‘Azhiim : Ibnu Katsir
Ilmu Hadith
Riyaadhus Shalihin : Imam Nawawi
Ilmu Aqidah:
Syarh ‘Aqidah ath Thahaawiyyah : Ibnu Abil ‘Izzal Hanafi
Dan kitab Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim secara umumnya.
Posted by Hamba Allah at 10:15 AM 0 comments

Tuesday, September 22, 2009

Biodata Ringkas

Beliau adalah Pembaharu Islam (mujadid) pada abad ini. Karya dan jasa-jasa beliau cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam menghidupkan kembali ilmu Hadits. Beliau telah memurnikan Ajaran islam terutama dari hadits-hadits lemah dan palsu, meneliti derajat hadits. Nasab (Silsilah Beliau)
Nama beliau adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Ayah al Albani yaitu Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari`at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul), yang ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Beliau sekeluargapun menuju Damaskus.
Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari bahasa arab. Beliau masuk sekolah pada madrasah yang dikelola oleh Jum`iyah al-Is`af al-Khairiyah. Beliau terus belajar di sekolah tersebut tersebut hingga kelas terakhir tingkat Ibtida`iyah. Selanjutnya beliau meneruskan belajarnya langsung kepada para Syeikh. Beliau mempelajari al-Qur`an dari ayahnya sampai selesai, disamping itu mempelajari pula sebagian fiqih madzab Hanafi dari ayahnya.
Syeikh al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga beliau menjadi seorang ahli yang mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya.
Pada umur 20 tahun, pemuda al-Albani ini mulai mengkonsentrasi diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni `an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar. Sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya` Ulumuddin al-Ghazali. Kegiatan Syeikh al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya seraya berkomentar. Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut).
Namun Syeikh al-Albani justru semakin cinta terhadap dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan Perpustakaan adh-Dhahiriyah di sana (Damaskus). Di samping juga meminjam buku-buku dari beberapa perpustakaan khusus. Begitulah, hadits menjadi kesibukan rutinnya, sampai-sampai beliau menutup kios reparasi jamnya. Beliau lebih betah berlama-lama dalam perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan.
Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuk beliau. Bahkan kemudiaan beliau diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, beliau menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum yang lainnya datang. Begitu pula pulangnya ketika orang lain pulang pada waktu dhuhur, beliau justru pulang setelah sholat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.
Pengalaman Penjara
Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya beliau berdakwah kepada sunnah dan memerangi bid`ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah.
Beberapa Tugas yang Pernah Diemban
Syeikh al-Albani Beliau pernah mengajar di Jami`ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak tahun 1381-1383 H, mengajar tentang hadits dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu beliau pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta kepada Syeikh al-Albani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah Perguruan Tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau memenuhi permintaan itu. Pada tahun 1395 H hingga 1398 H beliau kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam`iyah Islamiyah di sana. Mandapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H.
Beberapa Karya Beliau
Karya-karya beliau amat banyak, diantaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul. Beberapa Contoh Karya Beliau yang terkenal adalah :
1. Adabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah
2. Al-Ajwibah an-Nafi`ah `ala as`ilah masjid al-Jami`ah
3. Silisilah al-Ahadits ash Shahihah
4. Silisilah al-Ahadits adh-Dha`ifah wal maudhu`ah
5. At-Tawasul wa anwa`uhu
6. Ahkam Al-Jana`iz wabida`uha
Di samping itu, beliau juga memiliki kaset ceramah, kaset-kaset bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat dan kaset-kaset berisi jawaban-jawaban tentang pelbagai masalah yang bermanfaat.
Selanjutnya Syeikh al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku foto copyan, manuskrip-manuskrip (yang ditulis oleh beliau sendiri ataupun orang lain) semuanya diserahkan ke perpustakaan Jami`ah tersebut dalam kaitannya dengan dakwah menuju al-Kitab was Sunnah, sesuai dengan manhaj salafush Shalih (sahabat nabi radhiyallahu anhum), pada saat beliau menjadi pengajar disana.
Wafatnya
Beliau wafat pada hari Jum`at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yoradania. Rahimallah asy-Syaikh al-Albani rahmatan wasi`ah wa jazahullahu`an al-Islam wal muslimiina khaira wa adkhalahu fi an-Na`im al-Muqim.
Sumber: http://ahlulhadist.wordpress.com//?p=11
By : http://endi17121983.wordpress.com/profil-ulama-nashiruddin-albani/

Senin, 07 Maret 2011

Harapan Itu tak Pernah Sirna

Banyak yang mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Masalahnya bagaimana jika Anda mendapatkan kegagalan terus-menerus? Sudah mencoba berkali-kali namun tetap tidak berhasil juga. Apakah ada yang salah atau sudah ditakdirkan menjadi orang gagal?
Jika Anda menganggap bahwa Anda sudah ditakdirkan menjadi orang yang gagal, artinya Anda sok tahu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, hanya Allah Yang Maha Mengetahui, kenapa kita mendahului-Nya?
Jika Anda mengatakan ada yang salah… maka jawaban Anda benar. Memang ada yang salah.
Apa kesalahan itu dan siapa yang salah?

Kegagalan Datang Karena Anda Kurang Mencoba

Anda gagal, jika Anda berhenti. Anda kurang mencoba. Anda bisa mengatakan sudah mencoba 100 kali, namun bisa jadi perlu 1.000 kali untuk berhasil. Mungkin Anda sudah berusaha selama 1 tahun, bisa jadi Anda harus menunggu 2 tahun agar bisa berhasil.
Thomas Alpha Edison melakukan 10.000 kali percobaan dalam menemukan bola lampu. Jika dia mengeluh dan berhenti mencoba setelah dia mencoba 100 kali, mungkin orang lain yang akan menjadi penemu. Seorang ahli photografi, harus memotret puluhan bahkan ratusan kali untuk menemukan hasil jepretan yang terbaik. Semuanya perlu percobaan, berulang kali, sampai Anda berhasil.
Banyak orang yang membangun bisnis, bertahun-tahun mengalami kerugian, dan dia mendapatkan untung pada tahun ke-3 atau lebih. Banyak kisah seperti ini, jika saya menuliskannya akan menjadi sebuah buku tersendiri. Intinya ialah, sering kali untuk meraih keberhasilan, memerlukan waktu yang panjang.
Jika Anda berhenti, artinya Anda memilih gagal. Atau kegagalan datang jika Anda berhenti mencoba.

Kegagalan Untuk Mereka Yang Tidak Sabar

Karena keberhasilan adalah perjalanan panjang, yang memerlukan percobaan berkali-kali, bahkan ribuan kali. Yang perlu perjalanan waktu yang panjang, maka untuk sukses kita perlu kesabaran. Sukses hanya untuk mereka yang teguh pada jalan yang benar. Mereka terus melakukan hal yang benar, tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti.
Hal ini disebabkan karena masih banyak yang berharap bahwa sukses itu instan. Saat keberhasilan tidak juga diraih maka mereka berhenti dan memutuskan untuk gagal. Memutuskan berhenti sama dengan memutuskan gagal.
Bisa saja sukses itu ada 3 langkah lagi dari tempat Anda berdiri saat ini. Saat ada keinginan untuk berhenti, ingatkanlah diri Anda: “mungkin tinggal 3 langkah lagi”.

Kegagalan Untuk Mereka Yang Kurang Ilmu

Anda tidak akan pernah berhasil, meski Anda sudah mencoba berkali-kali, jika caranya salah. Jika Anda tidak mengambil hikmah dari kegagalan masa lalu. Jika Anda tidak mengambil pelajaran dari keberhasilan orang lain. Jika Anda tidak mau belajar dari berbagai sumber. Yang Anda ketahui hanya cara yang salah. Jika Anda tidak mengubahnya, Anda tidak akan pernah berhasil.
Thomas Alpha Edison, melakukan 10.000 kali percobaan, dengan cara yang berbeda. Bukan dengan cara yang sama. Perbedaan itu bisa dari apa yang Anda lakukan atau cara Anda melakukannya. Dan, Anda akan mengetahui cara-cara lain jika Anda cukup ilmu. Belajarlah!

Perluas Horizon Anda

Kegagalan juga sering terjadi pada orang yang sempit horizonnya atau wawasannya. Dia yang membatasi diri, baik membatasi cara mencapai tujuan atau membatasi tujuannya.
Sebagai contoh, ada yang mengatakan dia telah gagal karena sudah tiga kali mencoba masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Tidak ada lagi kesempatan, katanya.
Iya, dia memang gagal masuk PTN, tetapi hidup dia belum gagal. Masih banyak peluang berhasil meski tanpa gelas dari PTN. Banyak orang yang berhasil, meski dia lulusan PTS, bahkan SMA, SMP, SD, bahkan tidak sekolah sekali pun. Jadi, jangan persempit keberhasilan hanya dengan mendefinisikannya dengan masuk PTN.
Tetaplah mencoba, bersabar, belajar, dan perluas wawasan Anda. Mudah-mudahan kegagalan tidak terus menerpa Anda.

Sumber : www.motivasi-islami.com

Kamis, 03 Maret 2011

Cara Belajar Yang Baik

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui
  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Mulai dengan masa lalu Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda What was your experience about how you learn? Did you
  • senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita? menterjemah? berpidato?
  • mengetahui cara menringkas?
  • tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
  • meninjau kembali?
  • punya akses ke informasi dari banyak sumber?
  • menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
  • memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskanke masa sekarang Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya? Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan
proses,
persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti? Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat
review
Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?